jogja sebagai kota berhati nyaman,aman,damai dan tentram
Loading...

LANDASAN SOSIOLOGIS DAN KULTURAL PENDIDIKAN



DASAR-DASAR PEMBELAJARAN
LANDASAN SOSIOLOGIS DAN KULTURAL PENDIDIKAN
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar-Dasar Pembelajaran
Dosen Pengampu : Fitri Yuliawati, M. Pd. Si.

Description: logo-uin-suka-baru-warna

Disusun Oleh:
1.      Ridwan Syarif Mustofa          (13480030)
2.      Rifa Ardyanto                         (13480038)
3.      Annisa Aryani                         (13480072)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI UIN SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2014

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Proses belajar mengajar adalah inti dari kegiatan pendidikan secara keseluruhan. Dalam proses belajar mengajar tersebut tidak akan terealisasi tanpa adanya landasan yang menopangi. Landasan yang dimaksud adalah landasan pendidikan. Landasan  pendidikan diperlukan agar pendidikan yang sedang berlangsung mempunyai pondasi atau pijakan yang kuat.
Pendidikan dipercaya dapat membangun kecerdasan sekaligus kepribadian anak manusia menjadi lebih baik. Namun, apa jadinya jika pendidikan hanya mementingkan  intelektual semata tanpa membangun karakter peserta didiknya. Pembangunan karakter tersebut dapat dilakukan oleh seorang tenaga pendidik terhadap muridnya, maka disinilah proses interaksi berlangsung. Proses interaksi ini  dapat dikatakan sebagai proses sosiologis dalam pendidikan. Banyaknya proses interaksi yang kurang selaras di dunia pendidikan mengakibatkan para pelajar tidak tercetak secara optimal.
Untuk itu, sangatlah penting sebuah interaksi antara tenaga pendidik dengan muridnya di dunia pendidikan agar mampu mencetak para pelajar secara optimal. Makalah “Landasan Sosiologis Pendidikan” ini yang akan menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas.
B.     Tujuan
1.      Menjelaskan tentang pengertian landasan sosiologis dan kultural pendidikan.
2.      Mendeskripsikan tentang kehidupan sosial dan budaya masyarakat yang berpengaruh terhadap pelaksanaan pendidikan.
3.      Menjelaskan tentang teori-teori sosial dan budaya masyarakat sebagai landasan pelaksanaan pendidikan

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Landasan Sosiologis
            Sosiologi pendidikan merupakan analisis tentang proses sosial dan pola-pola interaksi sosial didalam sistem pendidikan. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiologi pendidikan meliputi empat bidang, yaitu:
1.      Hubungan sistem pendidikan dengan aspek masyarakat lain
2.      Hubungan manusia dengan pendidikan
3.      Pengaruh pendidikan pada perilaku manusia
4.      Pendidikan dalam komunitas.[1]
Pidarta (2001) menyatakan sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok dan struktur sosialnya.
Jadi sosiologi mempelajari bagaimana manusia itu berhubungan satu dengan yang lain dalam kelompoknya dan bagaimana susunan unit-unit masyarakat atau sosial di suatu wilayah serta kaitannya satu dengan yang lain.
Sosiologi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1.      Empiris, merupakan ide utama sosiologi sebagai ilmu. Sosiologi bersumber dan diciptakan dari kenyataan yang terjadi di masyarakat.
2.      Teoretis, merupakan peningkatan fase penciptaan tadi yang menjadi salah satu bentuk budaya yang bisa disimpan dalam waktu lama dan dapat diwariskan kepada generasi berikutnya.
3.      Komulatif, sebagai akibat dari penciptaan terus-menerus sebagai konsekuensi dari terjadinya perubahan di masyarakat, yang membuat teori-teori itu akan berakumulasi mengarah kepada teori yang lebih baik
4.      Non-etis, karena teori itu menceritakan apa adanya tentang masyarakat beserta individu-individu didalamnya, tidak menilai apakah hal itu baik atau buruk.[2]
Menurut peter L. Berger sosialisasi adalah suatu proses dimana anak belajar menjadi soerang anggota yang berpartisipasi dalam  masyarakat. Yang dipelajari individu melalui sosialisasi ini adalah peranan-peranan yang harus dijalankan orang lain. Melalui penguasaan peranan-peranan yang ada dalam masyarakat ini individu akan dapat berinteraksi dengan orang lain. [3]

B.     Pengertian Kulturasi Pendidikan
Pengaruh pendidikan terhadap kebudayaan, telah dikemukakan dalam pembahasan kaitan  kebudayaan dengan  pendidikan. Kebudayaan  tertentu diciptakan oleh orang di masyarakat tertentu tersebut atau dihadirkan dan diambil oleh masyarakat tersebut dan diwariskan melalui belajar/pengalaman terhadap generasi berikutnya. Kebudayaan seperti halnya sistem sosial di masyarakat merupakan kondisi esensial bagi perkembangan dan kehidupan orang.
Proses dan isi pendidikan akan memberi bentuk kepribadian yang tumbuh dan pribadi-pribadi inilah yang akan menjadi pendukung, pewaris dan penerus kebudayaan, secara ringkas melalui:
1.      Kebudayaan menjadi kondisi belajar,
2.      Kebudayaan memiliki daya dorong, daya rangsang adanya respon-respon tertentu
3.      Kebudayaan memiliki sistem ganjaran dan hukuman terhadap perilaku tertentu sejalan dengan sistem nilai yang berlaku
4.      Adanya pengulangan pola prilaku tertentu dalam kebudayaan.
Tanpa pendidikan maka budaya akan tertinggal. Menurut Dewantara (1977:13)  Pendidikan Taman Siswa menganut prinsip; momong, among dan ngemong. Pendidikan tidak memaksa dan tidak mencampuri kehidupan anak, kecuali ketika mereka cenderung ke arah kehidupan yang salah.[4]
Aspek budaya pun sangat berperan dalam proses pendidikan. Dapat dikatakan tidak ada pendidikan yang tidak dimasuki unsur budaya. Materi yang dipelajari anak-anak adalah budaya, cara belajar mereka adalah budaya. Dengan demikian budaya tidak pernah lepas dari proses pendidkan itu sendiri.[5]
C.    Pengaruh Kehidupan Sosial Dan Budaya Masyarakat Pelaksanaan Pendidikan
1.         Kehidupan Sosial Berpengaruh Terhadap Pelaksanaan Pendidikan
Pada dasarnya masyarakat senantiasa memiliki dinamika untuk  selalu tumbuh dan berkembang disamping itu juga, setiap masyarakat memilki identitas sendiri sesuai dengan pengalaman budaya dan perbendaharaan alamiah-nya. Masyarakat sebagai satu totalitas memiliki physical environment (lingkungan alamiah, benda-benda, iklim, kekayaan material) dan social environment (manusia, kebudayaan, dan nilai-nilai agama), sumber daya alam, sumber daya manusia, dan budaya.
Sebagaimana yang diungkapkan terdahulu, keterkaitan masyarakat dengan pendidikan sangat erat dan saling memengaruhi. Suatu kenyataan bagi setiap orang bahwa masyarakat yang baik, maju, modern, ialah masyarakat yang didalamnya ditemukan suatu tingkah pendidikan yang baik, maju dan modern pula, dalam wujud lembaga-lembaganya maupun jumlah dan tingkat orang yang terdidik. Dengan perkataan lain, suatu masyarakat maju karena adanya pendidikan yang maju, baik dalam arti kualitatif maupun kuantitatif.[6]
Learning Society adalah masyarakat yang selalu suka belajar atau masyarakat pembelajar. Proses menjadikan masyarakat sebagai masyarakat pembelajar bisa dicapai melalui berbagai cara, termasuk di dalamnya adalah melalui pendidikan formal (sekolahan) bagi warganya. Lingkungan kehidupan masyarakat yang baik dapat mendorong anak untuk berkembang pribadi kreatifitasnya. [7]
Identitas dan perkembangan masyarakat tersebut sedikit banyak akan berpengaruh terhadap sekolah. Pengaruh tersebut baik dalam orientasi dan tujuan pendidikan maupun proses pendidikan itu sendiri. Dalam orientasi dan tujuan pendidikan jelas sedikit banyak akan diwarnai oleh masyarakatnya mengingat sekolah merupakan lembaga masyarakat, sekolah berada di tengah-tengah masyarakat. Oleh karena itu wajar bila kurikulum sering diadakan perubahan dan tujuan pendidikan rumusannya mengalami perubahan mengingat keadaan masyarakat memang berkembang dan berubah pula. Sedang proses pendidikan sering mengaalami perubahan . misalnya diterapkan proses belajar mengajar dengan pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), penggunaan modul paket belajar, mesin mengajar dan lain-lain semata-mata karena kemajuan baik di masyarakat maupun disekolah itu sendiri. Kemajuan di masyarakat tidak sekedar kemajuan peradaban saja, tetapi juga dimiliknya sarana-sarana, kemajuan ekonomi sehingga mampu menompang kebutuhan sekolah
Dengan demikian dapat disimpulkan pengaruh dan peranan masyarakat terhadap sekolah sebagai berikut[8] :
a.  Sebagai arah dalam menentukan tujuan
b.  Sebagai masukan dalam menentukan proses belajar mengajar
c.  Sebagai sumber belajar
d. Sebagai pemberi dan dan fasilitas lainnya
e.  Sebagai laboratorium guna pengembangan dan penelitian sekolah
2.    Budaya Masyarakat Berpengaruh Terhadap Pelaksanaan Pendidikan
Kebudayaan sebagai dinamika kehidupan manusia akan terus berkembang sejalan dengan perkembangan zaman, percepatan perkembangan ilmu dan teknologi,serta perkembangan proses pemikiran manusia. Perkembangan-perkembangan tersebut tidak dapat disangkal dipengaruhi oleh pendidikan. Kecuali itu pendidikan adalah bagian dari kebudayaan itu sendiri dan mempunyai pengaruh timbal-balik. Bila kebudayaan berubah maka pendidikan juga bisa berubah dan bila pendidikan berubah akan dapat mengubah kebudayaan. Tampak bahwa pendidikan berperan dalam mengembangkan kebudayaan. Pendidikan adalah medan manusia dibina, ditumbuhkan, dan dikembangkan potensi-potensinya. Semakin potensi seseorang dikembangkan semakin ia mampu menciptakan atau mengembangkan kebudayaan. Sebab pelaku (aktor) kebudayaan adalah manusia
Kehidupan budaya masyarakat yang mendasari penyelenggaraan pendidikan melipuiti kondisi-kondisi kultural yang ada dalam masyarakat berupa: sistem nilai yang dianut, aneka kepercayaan, mitos-mitos, tata kelakuan atau norma, perilaku kebiasaan atau adat istiadat, etnisitas, dan kesenian[9].
     Salah satunya dimasyarakat terdapat norma-norma sosial budaya yang harus diikuti oleh warganya dan norma-norma itu berpengaruh dalam pembentukkan kepribadian warganya dalam pendidikan. Para tokoh agama atau tokoh masyarakat berperan dalam  penularan norma-norma masyarakat disamping orang tua kepada anak-anak tentang adat istiadat atau tradisi atau sopan santun, baik dalam pertemuan-pertemuan resmi maupun dalam pergaulan sehari-hari. Norma-norma masyarakat yang berpengaruh tersebut sudah merupakan aturan-atruran yang ditularkan oleh generasi itu kepada generasi mudanya. Penularan-penularan yang dilakukan dengan sadar dan bertujuan ini sudah merupakan proses pendidikan masyarakat.[10]

D.    Teori Sosiologi sebagai Pendekatan
Teori merupakan alat untuk melakukan analisis. Oleh sebab itu, teori bukan merupakan tujuan suatu analisis, tetapi merupakan alat untuk memahami kenyataan atau fenomena, suatu teori kadang kala tidak mampu secara tuntas menganalisis sesuatu. Oleh karna itu melalui penelitian, teori ini dipertajam, diperkuat, atau bahkan sebaliknya dibantah dengan suatu kenyataan atau fenomena.[11]
Dalam sosiologi teori telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Dalam bab ini, kita hanya membatasi empat teori yaitu :
1.      Teori Struktural Fungsional
Teori struktural Fungsional menjelaskan tentang bagaimana berfungsinya struktur. Setiap struktur (Mikro seperti persahabatan , organisasi, dan makro seperti masyarakat) akan tetap ada sepanjang ia memiliki fungsi. Oleh sebab itu, kemiskinan misalnya, akan tetap ada sepanjang ia memiliki fungsi. Herbert gans (1972) menemukan 15 fungsi kemiskinan bagi masyarakat amerika, diantaranya : 1) Menyediakan tenaga untuk pekerjaan kotor bagi masyarakat. 2) Memunculkan dana-dana social. 3) Pemanfaatn barang bekas yang tidak digunakan oleh orang kaya. 4) Menguatkan norma-norma social utama dalam masyarakat. 5) Orang miskin memberikan standar penilaian kemajuan bagi kelas lain.[12]
2.      Teori Struktural Konflik
Teori struktural konflik menjelaskan bagaimana struktur memiliki konflik. Berbeda dengan teori struktural fungsional yang menekankan pada fungsi dari elemen-elemen pembentuk struktur, teori structural konflik melihat bahwa setiap struktur memiliki berbagai elemen yang berbeda. Elemen yang berbeda ini memiliki motif, maksud, kepentingan, atau tujuan yang berbeda-beda juga.
3.      Teori Interaksionisme Simbolik
Teori interaksionisme simbolik memahami realitas sebagai suatu interaksi yang di penuhi berbagai symbol. Kenyataan merupakan interaksi interpersonal yang menggunakan simbol-simbol.  Penekanan pada struktur oleh dua teori makro yang di bahas sebelumnya, yaitu struktural konvensional dan konflik, telah mengabaikan proses interpretatif dimana individu secara aktif mengkontruksikan tindakan-tindakan dan proses interaksi  dimana individu menyesuaikan diri dan mencocokan berbagai macam tindakannya  dengan mengambil peran dan komunikasi simbol.[13]
Contoh : Misalnya anda mempunyai seorang adik kecil atau keponakan yang masih anak-anak karna anda belajar sosiologi, maka rasa ingin tahu anda terhadap apa kenapa dan bagaimana orang berpikir atau melakukan sesuatu itu tinggi. Ketika anda dapati adik atau anak kecil sedang bermain  dengan teman sebayanya , anda menyapa mereka dengan bertanya, “sedang ngapain, dek ?” Mereka menjawab sedang mengendarai mobil. Apa yang dimaknai dengan mobil adalah sofa di ruang tamu. Jadi saat mereka bermain mereka menciptakan symbol, yaitu dengan memaknai sofa di ruang tamu sebagai symbol mobil.
4.      Teori Pertukaran
Teori pertukaraan melihat dunia sebagai arena pertukaran, tempat orang-orang saling bertukar ganjaran/ hadiah. Apapun bentuk perilaku sosial seperti persahabataan, perkawinan, atau perceraian tidak lepas dari soal pertukaran.[14]


BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1.  a. Landasan sosiologis adalah landasan dimana manusia itu berhubungan satu dengan yang lain dalam kelompoknya dan susunan unit-unit masyarakat atau sosial di suatu wilayah berkaitan satu dengan yang lain.
b.  Landasan kultural budaya adalah landasan yang lebih menekankan pada kebudayaan masyarakat yang merupakan kondisi esensial bagi perkembangan dan kehidupan orang.
2.               Pengaruh Kehidupan Sosial Dan Budaya Masyarakat Pelaksanaan Pendidikan
Sebagaimana yang diungkapkan terdahulu, keterkaitan masyarakat dengan pendidikan sangat erat dan saling memengaruhi. Suatu kenyataan bagi setiap orang bahwa masyarakat yang baik, maju, modern, ialah masyarakat yang didalamnya ditemukan suatu tingkah pendidikan yang baik, maju dan modern pula, dalam wujud lembaga-lembaganya maupun jumlah dan tingkat orang yang terdidik. Dengan perkataan lain, suatu masyarakat maju karena adanya pendidikan yang maju, baik dalam arti kualitatif maupun kuantitatif
Kehidupan budaya masyarakat yang mendasari penyelenggaraan pendidikan melipuiti konidisi-kondisi kultural yang ada dalam masyarakat berupa : system nilai yang dianut, aneka kepercayaan, mitos-mitos, tata kelakuan atau norma, perilaku kebiasaan atau adat istiadat, etnisitas, dan kesenian
3.     Teori sosiologi sebagai pendekatan
Dalam sosiologi teori telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Dalam bab ini, kita hanya membatasi empat teori yaitu :
a.       Teori Struktural Fungsional
b.      Teori structural Konflik
c.       Teori Interaksionisme Simbolik
d.      Teori Pertukaran


DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati. Ilmu Pendidikan. 2001. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Damsar. Pengantar Sosiologi Pendidikan. 2011. Jakarta: Pranada Media Group.
Hasbullah. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. 2005. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Hafid, Anwar dkk.  Konsep Dasar Ilmu Pendidikan. 2013. Bandung; Alfabeta.
Kadir, Abdul, dkk. Dasar-Dasar Pendidikan. 2012. Jakarta: Kencana.
            Rochmat, Wahab. Memahami Pendidikan & Ilmu Pendidikan. 2011. Yogyakarta: CV.
                 Aswaja Pressindo.
Syarifudin Tatang. Landasan Pendidikan. 2009. Jakarta: Departemen Agama RI.















HASIL DISKUSI KELOMPOK 7
            Moderator       : Ridwan Syarif M
            Notulen           : Annisa Aryani
            Pemateri          : Rifa Ardiyanto, Annisa Aryani, Ridwan Syarif M.
            Hari/Tanggal   : Rabu, 1 Oktober 2014
            Ruang              : 310
Pertanyaan
1.      Evi
Upaya pemerintah untuk menumbuhkan minat belajar di daerah miskin yang lebih memilih kerja dan budaya belajar yang khas di Indonesia?
Jawab :
Upaya yang bisa dilakukan untuk menumbuhkan minat belajar yang pertama dengan sosialisasi terlebih dahulu terhadap orang tua daerah tersebut karena anak lebih memilih kerja dikarenakan desakan oleh orang tua, dengan adanya sosialiasi tersebut bisa mempermudah anak untuk belajar, setelah adanya untuk belajar, kemudian mempersiapkan sarana dan prasana yang sesuai untuk kegiatan belajar, seperti tempat belajarnya, buku-buku, dll. setelah apa yang dilakukan tadi bisa jadi menumbuhkan minat belajar anak di daerah tersebut.
Budaya belajar khas yang ada di Indonesia menurut kami yaitu menghormati, bertutur bahasa yang sopan terhadap guru, dan bersalaman sebelum masuk kelas.
2.      Rifka
Contoh budaya pendidikan yang bisa mengembangkan budaya masyarakat!
Jawab
Budaya bisa terjadi atau berkembang mulai dari bahasa, kesenian, dll. ambil contoh misal dari bahasa, budaya bahasa ini merupakan atau bisa disebut dengan bahasa ibu, karena bahasa merupakan hasil olah dari orang tua ke anaknya, misal seorang bayi yang kemudian secara bertahap seiring berkembangan umurnya mulai bisa berbicara seperti orang tuanya atau logak bahasanya itu sama dengan orang tuanya, karena sejak kecil, bayi tersebut sudah terbiasa mendengar perkataan orang tuanya yang menjadikan anak tersebut ketika dalam berbicara sama seperti orang tua.
Jadi dari apa yang di ceritakan di depan, dapat disimpulkan bahwa contoh budaya pendidikan dapat berpengaruh terhadap budaya masyarakat yaitu dengan bahasa ibu, yang merupakan budaya pendidikan dari orang tua, yang menjadi bahasa budaya masyarakat.      
3.      Puspita
Teori manakah yang lebih relevan
Jawab
Jika dikaitkan dengan kurikulum 2013 maka yang lebih relevan adalah teori struktural konflik. Karena pada teori ini lebih mengedepankan pada konflik maupun masalah. Hal ini sangat sesuai pada kurikulum 2013 karena pada kurikulum 2013 itu lebih mengutamakan siswa yang aktif dengan siswa di berikan suatu permaasalahan maka siswa akan terdorong untuk menttyelesaikan persoalan yang di dapatkan sehingga siswa mampu berpikir lebih mendalam dalam mengatasi ataupun memecahkan masalah tersebut.
4.      Vidara
Jawab :
Cara mengatasi pada anak yang sudah terkontaminasi oleh budaya barat Tidak semua budaya barat itu berkonotasi negative banyak juga budaya barat yang dapat di gunakan dan itu bersifat positif. Dan untuk mngatasi agar anak tersebut cinta terhadap budayanya sendiri jika di kaitkan dengan kurikulum 2013 adalah karna tujuan dari K13 adalah pendidikan pnanaman moral dan karakter terhadap diri siswa maka agar anak merasa terbiasa dengan budaya daerah nya sendiri adalah dengan kita sebagai kerabat dekat untuk bias merangkul ataupun mngajak temen kita tersebut untuk missal di suatu daerah atau desa ada pertunjukan nah bias di ajka untuk nonton atau bahkan missal di jogja ada acara rutin setahun sekali yaitu sekaten nan nah stiap staun skali bias diajak untuk melihat dan menonton acara tersebut hal ini di laku kan adalah semata untuk menumbuhkan rasa cinta terhadap budaya nya sendiri sehingga kelak ketika ia sudah missal pergi ke Negara lain atau kedaerah lain akan teringn bahwa hari itu ada skaten di jogja.
5.      Puspita
Teori simbolik
Jawab :
Adalah teori yang mempelajari atau memahami realitas sebagai suatu interaksi yang penuh dengan symbol. Hal ini dicontohkan seperti ketika anda memiliki seorang adik kecil atau keponakan yang masih anak- anak. Karna anda belajar sosiologi maka rasa ingin tahu anda terhadap apa, kenapa dan bagaimana orang berpikir atau melakukan sesuatu itu tinggi. Ketika anda dapati anak kecil tersebut sedang bermain dengan teman sebayanya, anda menyapa mereka dengan brtanya, “sedang ngapain dek ?” mereka menjawab sedang mengendarai mobil. Apa yang dimaknai sebagai mobil adalah sofa di ruang tamu. Jadi pada saat mereka bermain, mereka menciptakan symbol, yaitu dengan memaknai sofa di ruang tamu sebagai sebuah mobil

6.      Nur Anisa Fatimah
Kita sebagai pendidik, jika ingin menibgkatkan peserta didik, kita harus bekerja sama dengan wali murid. Namun bagaimana jika wali murid atay orangtua tidak mau bekerja sama?
Jawab :
Menurut kelompok kami, jika ingin meningkatkan peserta didik kita, kita sebagai pendidik maupun orangtua harus mau bekerja sama. Jika, orangtua tidak mau bekerjasama karena alasan sibuk untuk memantau anakbya, maka kita sebagai pendidik dapat melakukan kegiatan lain seperti melakukan pertemuan perbulan atau pertiga bulan. Atau kita dapat menyanpaikan kondisi anak dengan memberi buku pengantar yang berisi tentang perkembangan anak.
7.      Reni
Pada teori struktural fungsional terdapat kalimat bahwa kemiskinan akan tetap ada sepanjan ia memiliki fungsi. Padahal salah satu fungsi pendidikan adalah untuk menberantas kemiskinan. Bagaimana menurut anda?
Jawab :
Kemiskinan akan ada sepanjang ia memikiki fungsinya, adapun fungsi kemiskinan terdapat 15 fungsi. Diantaranya untuk menyediakan tenaga untuk pekerja kotor bagi masyarakat, jika tidak ada orang yang miskin maka tidak akan ada orang-orang yang melakukan pekerjaan tersebut seperti tukang bangunan, tukang batu dan lain sebagainya. Fungsi lain kemiskinan ialah Dapat menanfaatkan barang bekas yang tidak digunakan oleh orang kaya. Orang miskin dapat menjadi standar penilaian kemajuan bagi kelas lainnya.
Maka fungsi pendidikan sebagai sarana yag dapat memberantas kemiskinan
8.      Suryaningsih
Di SD atau Sekolah Dasar TIK dihapuskan, menurut kelompok anda setuju atau tidak? Dan apa alasannya jika TIK harus dihapuskan?
Jawab :
Menurut kelompok kami tidak setuju karena teknologi sangat dibutuhkan untuk masa depan, karena jika tidak da pelajaran TIK, anak SD tidak dapat mengerti bagaimana menyimpan file, atau mengetik beberapa teks.
Adapun alasan kenapa TIK dihapus yang disampaikan oleh wakil mentri pendidikan yaitu:
a.       Anak SD dan TK sudah dapat bermain internet
b.      TIK bisa integratif atau terintegrasi dengan mata pelajaran lainnya
c.       Pembelajaran sudah seharusny berbasis TIK bukan TIK sebagai mata pelajaran khusus yang harus duajarkan
d.      Jika TIK masuj struktur kurikulum Nasionak maka pemerintah berkewajiban menyediakan laboratorium komputer untuk sekolah di Indonesia dan pemerintah tidak sanggup mengadakannya.
e.       Banyak sekolah yang belum teraliri listrik jadi TIK tidak akan bisa diajarkan


[1] Hafid Anwar, dkk, Konsep Dasar Ilmu Pendidikan, Bandung; Alfabeta, halaman 60
[2] Kadir Abdul, dkk, Dasar-Dasar Pendidikan, Jakarta:Kencana, halaman 99
[3] Syarifudin Tatang, Landasan Pendidikan, Jakarta: Departemen Agama RI, halaman 128
[4] Hafid Anwar, dkk, Konsep Dasar Ilmu Pendidikan, Bandung; Alfabeta, halaman 61-62
[5] Kadir Abdul, dkk, Dasar-Dasar Pendidikan, Jakarta:Kencana, halaman 98-99
[6] Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), hal. 110
[7]     Rochmat Wahab, Memahami Pendidikan & Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: CV. Aswaja Pressindo, 2011), hal.204-205
[8] Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2001), hal 38
[9] Rochmat Wahab, Memahami Pendidikan & Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: CV. Aswaja Pressindo, 2011), hal.21
[10] Abu ahmadi dan nur uhbiyati, Ilmu Pendidikan, (jakarta: PT Rineka Cipta, 2001), hal 184
[11] Damsar, Pengantar Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Pranada Media Group, 2011 halaman 49
[12] Damsar, Pengantar Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Pranada Media Group, 2011 halaman 50
[13] Ibid,. halaman 58
[14] Ibid,. halaman 62

0 Response to "LANDASAN SOSIOLOGIS DAN KULTURAL PENDIDIKAN"

  • Berkomentarlah dengan sopan dan bijak sesuai dengan isi konten.
  • Komentar yang tidak diperlukan oleh pembaca lain [spam] akan segera dihapus.
  • Apabila artikel yang berjudul "LANDASAN SOSIOLOGIS DAN KULTURAL PENDIDIKAN" ini bermanfaat, share ke jejaring sosial.
Konversi Kode