DASAR-DASAR
PEMBELAJARAN
LANDASAN
SOSIOLOGIS DAN KULTURAL PENDIDIKAN
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Dasar-Dasar Pembelajaran
Dosen Pengampu : Fitri Yuliawati, M. Pd. Si.
Disusun Oleh:
1. Ridwan
Syarif Mustofa (13480030)
2. Rifa
Ardyanto (13480038)
3. Annisa
Aryani (13480072)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS
ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI
UIN SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah
Proses belajar
mengajar adalah inti dari kegiatan pendidikan secara keseluruhan. Dalam proses
belajar mengajar tersebut tidak akan terealisasi tanpa adanya landasan yang menopangi. Landasan yang dimaksud
adalah landasan pendidikan. Landasan pendidikan
diperlukan agar pendidikan yang sedang berlangsung mempunyai pondasi atau
pijakan yang kuat.
Pendidikan dipercaya dapat
membangun kecerdasan sekaligus kepribadian anak manusia menjadi lebih baik.
Namun, apa jadinya jika pendidikan hanya mementingkan intelektual semata tanpa membangun karakter
peserta didiknya. Pembangunan karakter tersebut dapat dilakukan oleh seorang
tenaga pendidik terhadap muridnya, maka disinilah proses interaksi berlangsung.
Proses interaksi ini dapat dikatakan
sebagai proses sosiologis dalam pendidikan. Banyaknya proses interaksi yang
kurang selaras di dunia pendidikan mengakibatkan para pelajar tidak tercetak
secara optimal.
Untuk itu, sangatlah penting
sebuah interaksi antara tenaga pendidik dengan muridnya di dunia pendidikan
agar mampu mencetak para pelajar secara optimal. Makalah “Landasan Sosiologis Pendidikan” ini yang
akan menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas.
B. Tujuan
1. Menjelaskan
tentang pengertian landasan sosiologis dan kultural pendidikan.
2. Mendeskripsikan
tentang kehidupan sosial dan budaya masyarakat yang berpengaruh terhadap
pelaksanaan pendidikan.
3. Menjelaskan
tentang teori-teori sosial dan budaya masyarakat sebagai landasan pelaksanaan
pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Landasan Sosiologis
Sosiologi
pendidikan merupakan analisis tentang proses sosial dan pola-pola interaksi
sosial didalam sistem pendidikan. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiologi
pendidikan meliputi empat bidang, yaitu:
1. Hubungan
sistem pendidikan dengan aspek masyarakat lain
2. Hubungan
manusia dengan pendidikan
3. Pengaruh
pendidikan pada perilaku manusia
4. Pendidikan
dalam komunitas.[1]
Pidarta (2001) menyatakan sosiologi
adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok
dan struktur sosialnya.
Jadi
sosiologi mempelajari bagaimana manusia itu berhubungan satu dengan yang lain
dalam kelompoknya dan bagaimana susunan unit-unit masyarakat atau sosial di
suatu wilayah serta kaitannya satu dengan yang lain.
Sosiologi
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1.
Empiris, merupakan ide utama sosiologi
sebagai ilmu. Sosiologi bersumber dan diciptakan dari kenyataan yang terjadi di
masyarakat.
2.
Teoretis, merupakan peningkatan fase
penciptaan tadi yang menjadi salah satu bentuk budaya yang bisa disimpan dalam
waktu lama dan dapat diwariskan kepada generasi berikutnya.
3. Komulatif,
sebagai akibat dari penciptaan terus-menerus sebagai konsekuensi dari
terjadinya perubahan di masyarakat, yang membuat teori-teori itu akan
berakumulasi mengarah kepada teori yang lebih baik
4. Non-etis,
karena teori itu menceritakan apa adanya tentang masyarakat beserta
individu-individu didalamnya, tidak menilai apakah hal itu baik atau buruk.[2]
Menurut peter L. Berger sosialisasi
adalah suatu proses dimana anak belajar menjadi soerang anggota yang
berpartisipasi dalam masyarakat. Yang dipelajari individu melalui
sosialisasi ini adalah peranan-peranan yang harus dijalankan orang lain.
Melalui penguasaan peranan-peranan yang ada dalam masyarakat ini individu akan
dapat berinteraksi dengan orang lain. [3]
B. Pengertian
Kulturasi Pendidikan
Pengaruh pendidikan terhadap
kebudayaan, telah dikemukakan dalam pembahasan kaitan kebudayaan
dengan pendidikan. Kebudayaan tertentu
diciptakan oleh orang di masyarakat tertentu tersebut atau dihadirkan dan
diambil oleh masyarakat tersebut dan diwariskan melalui belajar/pengalaman
terhadap generasi berikutnya. Kebudayaan seperti halnya sistem sosial di
masyarakat merupakan kondisi esensial bagi perkembangan dan kehidupan orang.
Proses
dan isi pendidikan akan memberi bentuk kepribadian yang tumbuh dan
pribadi-pribadi inilah yang akan menjadi pendukung, pewaris dan penerus
kebudayaan, secara ringkas melalui:
1. Kebudayaan
menjadi kondisi belajar,
2.
Kebudayaan memiliki daya dorong, daya
rangsang adanya respon-respon tertentu
3.
Kebudayaan memiliki sistem ganjaran dan
hukuman terhadap perilaku tertentu sejalan dengan sistem nilai yang berlaku
4.
Adanya pengulangan pola prilaku tertentu
dalam kebudayaan.
Tanpa pendidikan maka budaya akan
tertinggal. Menurut Dewantara (1977:13)
Pendidikan Taman Siswa menganut prinsip; momong, among
dan ngemong. Pendidikan tidak memaksa dan tidak
mencampuri kehidupan anak, kecuali ketika mereka cenderung ke arah kehidupan
yang salah.[4]
Aspek budaya pun sangat berperan
dalam proses pendidikan. Dapat dikatakan tidak ada pendidikan yang
tidak dimasuki unsur budaya. Materi yang dipelajari anak-anak adalah budaya,
cara belajar mereka adalah budaya. Dengan demikian budaya tidak pernah lepas
dari proses pendidkan itu sendiri.[5]
C. Pengaruh
Kehidupan Sosial Dan Budaya Masyarakat Pelaksanaan Pendidikan
1.
Kehidupan Sosial
Berpengaruh Terhadap Pelaksanaan Pendidikan
Pada dasarnya masyarakat senantiasa
memiliki dinamika
untuk selalu tumbuh dan berkembang
disamping itu juga, setiap masyarakat memilki identitas sendiri sesuai dengan
pengalaman budaya dan perbendaharaan alamiah-nya. Masyarakat sebagai satu
totalitas memiliki physical environment (lingkungan alamiah,
benda-benda, iklim, kekayaan material) dan social environment (manusia,
kebudayaan, dan nilai-nilai agama), sumber daya alam, sumber daya manusia, dan
budaya.
Sebagaimana yang diungkapkan terdahulu,
keterkaitan masyarakat dengan pendidikan sangat erat dan saling memengaruhi.
Suatu kenyataan bagi setiap orang bahwa masyarakat yang baik, maju, modern,
ialah masyarakat yang didalamnya ditemukan suatu tingkah pendidikan yang baik,
maju dan modern pula, dalam wujud lembaga-lembaganya maupun jumlah dan tingkat
orang yang terdidik. Dengan perkataan lain, suatu masyarakat maju karena adanya
pendidikan yang maju, baik dalam arti kualitatif maupun kuantitatif.[6]
Learning Society
adalah masyarakat yang selalu suka belajar atau masyarakat pembelajar. Proses
menjadikan masyarakat sebagai masyarakat pembelajar bisa dicapai melalui
berbagai cara, termasuk di dalamnya adalah melalui pendidikan formal
(sekolahan) bagi warganya. Lingkungan kehidupan masyarakat yang baik dapat
mendorong anak untuk berkembang pribadi kreatifitasnya. [7]
Identitas dan perkembangan masyarakat
tersebut sedikit banyak akan berpengaruh terhadap sekolah. Pengaruh tersebut
baik dalam orientasi dan tujuan pendidikan maupun proses pendidikan itu
sendiri. Dalam orientasi dan tujuan pendidikan jelas sedikit banyak akan
diwarnai oleh masyarakatnya mengingat sekolah merupakan lembaga masyarakat,
sekolah berada di tengah-tengah masyarakat. Oleh karena itu wajar bila kurikulum
sering diadakan perubahan dan tujuan pendidikan rumusannya mengalami perubahan
mengingat keadaan masyarakat memang berkembang dan berubah pula. Sedang proses
pendidikan sering mengaalami perubahan . misalnya diterapkan proses belajar
mengajar dengan pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), penggunaan modul
paket belajar, mesin mengajar dan lain-lain semata-mata karena kemajuan baik di
masyarakat maupun disekolah itu sendiri. Kemajuan di masyarakat tidak sekedar
kemajuan peradaban saja, tetapi juga dimiliknya sarana-sarana, kemajuan ekonomi
sehingga mampu menompang kebutuhan sekolah
Dengan demikian dapat disimpulkan
pengaruh dan peranan masyarakat terhadap sekolah sebagai berikut[8]
:
a.
Sebagai arah dalam
menentukan tujuan
b.
Sebagai masukan dalam
menentukan proses belajar mengajar
c.
Sebagai sumber belajar
d.
Sebagai pemberi dan dan
fasilitas lainnya
e.
Sebagai laboratorium
guna pengembangan dan penelitian sekolah
2.
Budaya Masyarakat
Berpengaruh Terhadap Pelaksanaan Pendidikan
Kebudayaan sebagai dinamika kehidupan manusia
akan terus berkembang sejalan dengan perkembangan zaman, percepatan
perkembangan ilmu dan teknologi,serta perkembangan proses pemikiran manusia.
Perkembangan-perkembangan tersebut tidak dapat disangkal dipengaruhi oleh
pendidikan. Kecuali itu pendidikan adalah bagian dari kebudayaan itu sendiri
dan mempunyai pengaruh timbal-balik. Bila kebudayaan berubah maka pendidikan
juga bisa berubah dan bila pendidikan berubah akan dapat mengubah kebudayaan.
Tampak bahwa pendidikan berperan dalam mengembangkan kebudayaan. Pendidikan
adalah medan manusia dibina, ditumbuhkan, dan dikembangkan potensi-potensinya.
Semakin potensi seseorang dikembangkan semakin ia mampu menciptakan atau
mengembangkan kebudayaan. Sebab pelaku (aktor) kebudayaan adalah manusia
Kehidupan budaya masyarakat yang
mendasari penyelenggaraan pendidikan melipuiti kondisi-kondisi kultural yang ada
dalam masyarakat berupa: sistem nilai yang dianut, aneka kepercayaan,
mitos-mitos, tata kelakuan atau norma, perilaku kebiasaan atau adat istiadat,
etnisitas, dan kesenian[9].
Salah satunya
dimasyarakat terdapat norma-norma sosial budaya yang harus diikuti oleh warganya dan
norma-norma itu berpengaruh dalam pembentukkan kepribadian warganya dalam
pendidikan. Para tokoh agama atau tokoh masyarakat berperan dalam penularan norma-norma masyarakat disamping
orang tua kepada anak-anak tentang adat istiadat atau tradisi atau sopan
santun, baik dalam pertemuan-pertemuan resmi maupun dalam pergaulan
sehari-hari. Norma-norma masyarakat yang berpengaruh tersebut sudah merupakan
aturan-atruran yang ditularkan oleh generasi itu kepada generasi mudanya.
Penularan-penularan yang dilakukan dengan sadar dan bertujuan ini sudah
merupakan proses pendidikan masyarakat.[10]
D.
Teori
Sosiologi sebagai Pendekatan
Teori merupakan
alat untuk melakukan analisis. Oleh sebab itu, teori bukan merupakan tujuan
suatu analisis, tetapi merupakan alat untuk memahami kenyataan atau fenomena,
suatu teori kadang kala tidak mampu secara tuntas menganalisis sesuatu. Oleh
karna itu melalui penelitian, teori ini dipertajam, diperkuat, atau bahkan
sebaliknya dibantah dengan suatu kenyataan atau fenomena.[11]
Dalam sosiologi
teori telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Dalam bab ini, kita hanya
membatasi empat teori yaitu :
1. Teori Struktural Fungsional
Teori struktural Fungsional menjelaskan
tentang bagaimana berfungsinya struktur. Setiap struktur (Mikro seperti persahabatan , organisasi, dan makro seperti masyarakat) akan
tetap ada sepanjang ia memiliki fungsi. Oleh sebab itu,
kemiskinan misalnya, akan tetap ada sepanjang ia memiliki fungsi. Herbert gans
(1972) menemukan 15 fungsi kemiskinan bagi masyarakat amerika, diantaranya : 1)
Menyediakan tenaga untuk pekerjaan kotor bagi masyarakat. 2) Memunculkan
dana-dana social. 3) Pemanfaatn barang bekas yang tidak digunakan oleh orang
kaya. 4) Menguatkan norma-norma social utama dalam masyarakat. 5) Orang miskin
memberikan standar penilaian kemajuan bagi kelas lain.[12]
2.
Teori Struktural Konflik
Teori struktural konflik menjelaskan bagaimana
struktur memiliki konflik. Berbeda dengan teori struktural fungsional yang
menekankan pada fungsi dari elemen-elemen pembentuk struktur, teori structural
konflik melihat bahwa setiap struktur memiliki berbagai elemen yang berbeda.
Elemen yang berbeda ini memiliki motif, maksud, kepentingan, atau tujuan yang
berbeda-beda juga.
3. Teori Interaksionisme Simbolik
Teori interaksionisme simbolik memahami realitas
sebagai suatu interaksi yang di penuhi berbagai symbol. Kenyataan merupakan
interaksi interpersonal yang menggunakan simbol-simbol. Penekanan pada struktur oleh dua teori makro
yang di bahas sebelumnya, yaitu struktural konvensional dan konflik, telah
mengabaikan proses interpretatif dimana individu secara aktif mengkontruksikan
tindakan-tindakan dan proses interaksi
dimana individu menyesuaikan diri dan mencocokan berbagai macam
tindakannya dengan mengambil peran dan
komunikasi simbol.[13]
Contoh : Misalnya anda mempunyai seorang adik kecil
atau keponakan yang masih anak-anak karna anda belajar sosiologi, maka rasa
ingin tahu anda terhadap apa kenapa dan bagaimana orang berpikir atau melakukan
sesuatu itu tinggi. Ketika anda dapati adik atau anak kecil sedang bermain dengan teman sebayanya , anda menyapa mereka
dengan bertanya, “sedang ngapain, dek ?” Mereka menjawab sedang mengendarai
mobil. Apa yang dimaknai dengan mobil adalah sofa di ruang tamu. Jadi saat
mereka bermain mereka menciptakan symbol, yaitu dengan memaknai sofa di ruang
tamu sebagai symbol mobil.
4. Teori Pertukaran
Teori pertukaraan melihat dunia sebagai arena pertukaran,
tempat orang-orang saling bertukar ganjaran/ hadiah. Apapun bentuk perilaku sosial
seperti persahabataan, perkawinan, atau perceraian tidak lepas dari soal
pertukaran.[14]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. a. Landasan sosiologis adalah landasan dimana manusia
itu berhubungan satu dengan yang lain dalam kelompoknya dan susunan unit-unit
masyarakat atau sosial di suatu wilayah berkaitan satu dengan yang lain.
b. Landasan kultural budaya adalah landasan yang lebih
menekankan pada kebudayaan masyarakat yang merupakan kondisi esensial bagi
perkembangan dan kehidupan orang.
2.
Pengaruh Kehidupan Sosial Dan Budaya Masyarakat Pelaksanaan Pendidikan
Sebagaimana yang diungkapkan terdahulu, keterkaitan masyarakat
dengan pendidikan sangat erat dan saling memengaruhi. Suatu kenyataan bagi
setiap orang bahwa masyarakat yang baik, maju, modern, ialah masyarakat yang
didalamnya ditemukan suatu tingkah pendidikan yang baik, maju dan modern pula,
dalam wujud lembaga-lembaganya maupun jumlah dan tingkat orang yang terdidik.
Dengan perkataan lain, suatu masyarakat maju karena adanya pendidikan yang
maju, baik dalam arti kualitatif maupun kuantitatif
Kehidupan budaya masyarakat yang
mendasari penyelenggaraan pendidikan melipuiti konidisi-kondisi kultural yang
ada dalam masyarakat berupa : system nilai yang dianut, aneka kepercayaan,
mitos-mitos, tata kelakuan atau norma, perilaku kebiasaan atau adat istiadat,
etnisitas, dan kesenian
3. Teori sosiologi sebagai pendekatan
Dalam sosiologi teori telah mengalami perkembangan
yang sangat pesat. Dalam bab ini, kita hanya membatasi empat teori yaitu :
a.
Teori Struktural
Fungsional
b.
Teori structural
Konflik
c.
Teori
Interaksionisme Simbolik
d.
Teori Pertukaran
DAFTAR
PUSTAKA
Abu
Ahmadi dan Nur Uhbiyati. Ilmu Pendidikan. 2001. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Damsar. Pengantar Sosiologi Pendidikan. 2011. Jakarta: Pranada Media Group.
Hasbullah.
Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. 2005. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Hafid,
Anwar dkk. Konsep Dasar Ilmu Pendidikan.
2013. Bandung; Alfabeta.
Kadir,
Abdul, dkk. Dasar-Dasar Pendidikan. 2012. Jakarta: Kencana.
Rochmat, Wahab. Memahami Pendidikan
& Ilmu Pendidikan. 2011. Yogyakarta: CV.
Aswaja
Pressindo.
Syarifudin
Tatang. Landasan Pendidikan. 2009. Jakarta: Departemen Agama RI.
HASIL DISKUSI KELOMPOK 7
Moderator : Ridwan Syarif M
Notulen : Annisa Aryani
Pemateri : Rifa Ardiyanto, Annisa Aryani,
Ridwan Syarif M.
Hari/Tanggal : Rabu, 1 Oktober 2014
Ruang : 310
Pertanyaan
1. Evi
Upaya
pemerintah untuk menumbuhkan minat belajar di daerah miskin yang lebih memilih
kerja dan budaya belajar yang khas di Indonesia?
Jawab
:
Upaya
yang bisa dilakukan untuk menumbuhkan minat belajar yang pertama dengan
sosialisasi terlebih dahulu terhadap orang tua daerah tersebut karena anak
lebih memilih kerja dikarenakan desakan oleh orang tua, dengan adanya
sosialiasi tersebut bisa mempermudah anak untuk belajar, setelah adanya untuk
belajar, kemudian mempersiapkan sarana dan prasana yang sesuai untuk kegiatan
belajar, seperti tempat belajarnya, buku-buku, dll. setelah apa yang dilakukan
tadi bisa jadi menumbuhkan minat belajar anak di daerah tersebut.
Budaya
belajar khas yang ada di Indonesia menurut kami yaitu menghormati, bertutur
bahasa yang sopan terhadap guru, dan bersalaman sebelum masuk kelas.
2. Rifka
Contoh
budaya pendidikan yang bisa mengembangkan budaya masyarakat!
Jawab
Budaya
bisa terjadi atau berkembang mulai dari bahasa, kesenian, dll. ambil contoh
misal dari bahasa, budaya bahasa ini merupakan atau bisa disebut dengan bahasa
ibu, karena bahasa merupakan hasil olah dari orang tua ke anaknya, misal
seorang bayi yang kemudian secara bertahap seiring berkembangan umurnya mulai
bisa berbicara seperti orang tuanya atau logak bahasanya itu sama dengan
orang tuanya, karena sejak kecil, bayi tersebut sudah terbiasa mendengar
perkataan orang tuanya yang menjadikan anak tersebut ketika dalam berbicara
sama seperti orang tua.
Jadi
dari apa yang di ceritakan di depan, dapat disimpulkan bahwa contoh budaya
pendidikan dapat berpengaruh terhadap budaya masyarakat yaitu dengan bahasa
ibu, yang merupakan budaya pendidikan dari orang tua, yang menjadi bahasa
budaya masyarakat.
3. Puspita
Teori manakah yang
lebih relevan
Jawab
Jika
dikaitkan dengan kurikulum 2013 maka yang lebih relevan adalah teori struktural
konflik. Karena pada teori ini lebih mengedepankan pada konflik maupun masalah.
Hal ini sangat sesuai pada kurikulum 2013 karena pada kurikulum 2013 itu lebih
mengutamakan siswa yang aktif dengan siswa di berikan suatu permaasalahan maka
siswa akan terdorong untuk menttyelesaikan persoalan yang di dapatkan sehingga
siswa mampu berpikir lebih mendalam dalam mengatasi ataupun memecahkan masalah
tersebut.
4. Vidara
Jawab :
Cara
mengatasi pada anak yang sudah terkontaminasi oleh budaya barat Tidak semua
budaya barat itu berkonotasi negative banyak juga budaya barat yang dapat di
gunakan dan itu bersifat positif. Dan untuk mngatasi agar anak tersebut cinta
terhadap budayanya sendiri jika di kaitkan dengan kurikulum 2013 adalah karna
tujuan dari K13 adalah pendidikan pnanaman moral dan karakter terhadap diri
siswa maka agar anak merasa terbiasa dengan budaya daerah nya sendiri adalah
dengan kita sebagai kerabat dekat untuk bias merangkul ataupun mngajak temen
kita tersebut untuk missal di suatu daerah atau desa ada pertunjukan nah bias di
ajka untuk nonton atau bahkan missal di jogja ada acara rutin setahun sekali
yaitu sekaten nan nah stiap staun skali bias diajak untuk melihat dan menonton
acara tersebut hal ini di laku kan adalah semata untuk menumbuhkan rasa cinta
terhadap budaya nya sendiri sehingga kelak ketika ia sudah missal pergi ke
Negara lain atau kedaerah lain akan teringn bahwa hari itu ada skaten di jogja.
5. Puspita
Teori simbolik
Jawab
:
Adalah
teori yang mempelajari atau memahami realitas sebagai suatu interaksi yang
penuh dengan symbol. Hal ini dicontohkan seperti ketika anda memiliki seorang
adik kecil atau keponakan yang masih anak- anak. Karna anda belajar sosiologi
maka rasa ingin tahu anda terhadap apa, kenapa dan bagaimana orang berpikir
atau melakukan sesuatu itu tinggi. Ketika anda dapati anak kecil tersebut
sedang bermain dengan teman sebayanya, anda menyapa mereka dengan brtanya,
“sedang ngapain dek ?” mereka menjawab sedang mengendarai mobil. Apa yang
dimaknai sebagai mobil adalah sofa di ruang tamu. Jadi pada saat mereka
bermain, mereka menciptakan symbol, yaitu dengan memaknai sofa di ruang tamu
sebagai sebuah mobil
6. Nur Anisa
Fatimah
Kita
sebagai pendidik, jika ingin menibgkatkan peserta didik, kita harus bekerja
sama dengan wali murid. Namun bagaimana jika wali murid atay orangtua tidak mau
bekerja sama?
Jawab :
Menurut
kelompok kami, jika ingin meningkatkan peserta didik kita, kita sebagai
pendidik maupun orangtua harus mau bekerja sama. Jika, orangtua tidak mau
bekerjasama karena alasan sibuk untuk memantau anakbya, maka kita sebagai
pendidik dapat melakukan kegiatan lain seperti melakukan pertemuan perbulan
atau pertiga bulan. Atau kita dapat menyanpaikan kondisi anak dengan memberi
buku pengantar yang berisi tentang perkembangan anak.
7. Reni
Pada teori struktural fungsional terdapat kalimat bahwa kemiskinan akan tetap ada sepanjan ia memiliki fungsi. Padahal salah satu fungsi pendidikan adalah untuk menberantas kemiskinan. Bagaimana menurut anda?
Pada teori struktural fungsional terdapat kalimat bahwa kemiskinan akan tetap ada sepanjan ia memiliki fungsi. Padahal salah satu fungsi pendidikan adalah untuk menberantas kemiskinan. Bagaimana menurut anda?
Jawab :
Kemiskinan
akan ada sepanjang ia memikiki fungsinya, adapun fungsi kemiskinan terdapat 15
fungsi. Diantaranya untuk menyediakan tenaga untuk pekerja kotor bagi
masyarakat, jika tidak ada orang yang miskin maka tidak akan ada orang-orang
yang melakukan pekerjaan tersebut seperti tukang bangunan, tukang batu dan lain
sebagainya. Fungsi lain kemiskinan ialah Dapat menanfaatkan barang bekas yang
tidak digunakan oleh orang kaya. Orang miskin dapat menjadi standar penilaian
kemajuan bagi kelas lainnya.
Maka
fungsi pendidikan sebagai sarana yag dapat memberantas kemiskinan
8. Suryaningsih
Di SD atau Sekolah Dasar TIK dihapuskan, menurut kelompok anda setuju atau tidak? Dan apa alasannya jika TIK harus dihapuskan?
Di SD atau Sekolah Dasar TIK dihapuskan, menurut kelompok anda setuju atau tidak? Dan apa alasannya jika TIK harus dihapuskan?
Jawab :
Menurut
kelompok kami tidak setuju karena teknologi sangat dibutuhkan untuk masa depan,
karena jika tidak da pelajaran TIK, anak SD tidak dapat mengerti bagaimana
menyimpan file, atau mengetik beberapa teks.
Adapun
alasan kenapa TIK dihapus yang disampaikan oleh wakil mentri pendidikan yaitu:
a. Anak SD
dan TK sudah dapat bermain internet
b. TIK bisa
integratif atau terintegrasi dengan mata pelajaran lainnya
c. Pembelajaran
sudah seharusny berbasis TIK bukan TIK sebagai mata pelajaran khusus yang harus
duajarkan
d. Jika TIK
masuj struktur kurikulum Nasionak maka pemerintah berkewajiban menyediakan
laboratorium komputer untuk sekolah di Indonesia dan pemerintah tidak sanggup
mengadakannya.
e. Banyak
sekolah yang belum teraliri listrik jadi TIK tidak akan bisa diajarkan
[1] Hafid Anwar, dkk, Konsep
Dasar Ilmu Pendidikan, Bandung; Alfabeta, halaman 60
[2] Kadir Abdul, dkk,
Dasar-Dasar Pendidikan, Jakarta:Kencana, halaman 99
[3] Syarifudin Tatang,
Landasan Pendidikan, Jakarta: Departemen Agama RI, halaman 128
[6] Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2005), hal. 110
[7] Rochmat Wahab, Memahami
Pendidikan & Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: CV. Aswaja Pressindo, 2011),
hal.204-205
[8] Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2001), hal 38
[9] Rochmat Wahab, Memahami Pendidikan & Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta:
CV. Aswaja Pressindo, 2011), hal.21
[10] Abu ahmadi dan nur uhbiyati, Ilmu Pendidikan, (jakarta: PT Rineka
Cipta, 2001), hal 184
0 Response to "LANDASAN SOSIOLOGIS DAN KULTURAL PENDIDIKAN"